Pendahuluan
Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, manusia pernah
sangat mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ).
Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain
dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah
melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap.,
perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan
intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal
dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki kepribadian
yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara
otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi
dimensi yang sangat memprihatinkan.
Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar bahwa
kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan
daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang salah
dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan
IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian
sudah waktunya diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara
seimbang, dengan memperhatikan dan memberi penekanan yang sama
kepada IQ, EQ dan SQ.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana konsep
Islam tentang keseimbangan IQ, EQ dan SQ. Apakah Islam juga
mengutamakan IQ semata atau sebaliknya memberi penekanan yang
sama terhadap ketiga potensi tersebut. Makalah sederhana ini mencoba
mendeskripsikan konsep Islam tentang keseimbangan IQ , EQ dan SQ.
Ajaran Islam Tentang IQ, EQ dan SO
Selaku orang yang beriman, tidak perlu ada keraguan betapakembali.
2. Firman-Nya dalam ar-Ra'du 4 mengajak manusia untuk merenungkan
betapa variatifnya bentuk, rasa dan warna tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan, padahal berasal dari tanah yang sama.
3. Firman-Nya dalam an-Nahlu 12 mengimbau orang yang berfikir untuk
memikirkan pergantian malam dengan siang dan perjalanan planet-
planet yang kesemuanya itu bergerak dengan aturan Allah.
4. Firman-Nya dalam ar-Rum 24 mengajak manusia untuk memikirkan
proses turunnya hujan dan manfaat air hujan bagi kehidupan di muka
bumi.
5. Teori "Big Bang" disebut al-Qur'an dalam al-Anbiyaa':30, teori
"Nebula" (1 C': milyar galaksi) dalam ar-Rahman :38, thawaf alam
semesta dalam al-Israa:44, dan "Black Hole"dengan gravitasinya yang
sangat kuat, menjangkar dan menarik seluruh planet agar tetap pada
orbitnya , dalam Yasin 38-40, dan sebagainya.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang
manusiawi.2 Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar
suara hati sebagai sumber inform asi. Untuk pemilik EQ yang baik , baginya
infomasi tidak hanya d idapat lewat panca indra semata , tetapi ada
sumber yang lain , dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan
sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah
informasi yang didapat dari panca indra .
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan dan memahami un tuk kemudian disikapi secara manusiawi .
Orang yang EQ - nya baik , dap at memahami perasaan orang lain , dapat
membaca yang tersurat dan yang tersirat , dapat menangk ap bahasa
verbal dan non verbal . Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya
agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya
Dapat dimengert i kenapa orang yang EQ - nya baik , sekaligu s kehidupan
sosialnya juga baik . Lain tidak karena orang tersebut dapat merespon
tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu , kecerdasan emosional mengajarkan tentang5. Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa di dalam tubuh manusia
ada segumpal daging, bila ia baik baiklah seluruh tubuh , dan bila ia
rusak , rusak pulalah seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah hati.
6. Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa bila manusia berbuat
dosa tumbuhlah bintik-bintik hitam di hatinya. Bila dosanya
bertambah, maka bertambah pulalah bintik-bintik hitam tersebut,
yang kadang kala sampai menutup seluruh hatinya.
Mengacu kepada ayat dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa
EQ berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan . Apabila petunjuk
agama dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak positif
terhadap kecerdasan emosional . Begitu pula sebaliknya.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi
persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan
spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas5. SQ
adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk be rbuat
atau tidak berbuat .
Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani"
(Fuad/dhamir). Kebenaran suara fuad tidak perlu diragukan Sejak awal
kejadiannya, "fuad" telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan "
Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab :" Betul (Engkau Tuhan
kami ), kami bersaksi "( al-A'raaf,7:172 ). Di samping itu, secara eksplisit
Allah SWT menyatakan bahwa penciptaan Fuad/ al- idah selaku
komponen utama manusia terjadi pada saat manusia masih dalam rahim
ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya ada makna yang tersirat di balik
informasi Allah tentang saat penciptaan fuad karena Sang Pencipta tidak
memberikan informasi yang sama tentang waktu penciptaan akal dan
qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan tersebut adalah
bahwa kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran suara akal dan
qalbu .saling membutuhkan dan melengkapi . Namun kalau akan dibedakan ,
maka SQ merupakan "Prima Causa " dari IQ dan EQ. SQ mengajarkan
interaksi manusia dengan al-Khalik , sementara IQ dan EQ mengajarkan
interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa ketiganya
bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai
statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi.
Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap "
hablun min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat diyakini
bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran
Islam. Jika selama ini orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan
dan memberi penekanan terhadap pendidikan akal dengan
mengenyampingkan pendidikan hati dan hati nurani berarti orang
Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran agamanya. Kondisi yang
tidak ideal tersebut sudah waktunya diakhiri , dengan memberikan
pendidikan dan kepedulian yang sama terhadap IQ, EQ dan SQ .
Wallah 'alamu bi al-shawab
1 A. Winarno dan Tri Saksono, Kecerdasan Emosional, Jakarta, LAN, 2001, hal. 4.
2 Ibid, hal. 8
3 Ary Ginanjar Agustian, ESQ , Jakarta, Penerbit Arga, 2002, Cet. 7, hal. xliii
4 Daniel Goleman, Working with Emotional Intelligence, (New York : Bantam Books, 1999)
hal. 13.
5 Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Op. cit., hal 57
6 Taufik Bahaudin, Brainware Management, Jakarta : PT Gramedia, 2000, cet. Kedua, hal.
60
7 Ary Ginanjar Agustia, loc.cit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar